makalah landasan psikologis dalam BK

LANDASAN PSIKOLOGIS






DISUSUN OLEH:

TIARA NURDIAN ISLAMIATI
ELLISA SAFITRI



FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
UNIVERSITAS NADHLATUL ULAMA’
SUNAN GIRI
BOJONEGORO
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas karunianya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ragam bahasa indonesia ini.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, namun kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca.
Saya sangat berterimakasih atas bantuan dari orang-orang yang sudah membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan informasi ini.


























BAB I
PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG
Landasan psikologis mengemukakan beberapa hal pokok yang mempunyai pengaruh terhadap pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu tentang tingkah laku, motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan dan tugas-tugas perkembangan, belajar dan penguatan, dan kepribadian.
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan ( klien ).
Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjutu tentang landasan psikologis dan kajiannya untuk keperluan pembelajaran bimbiingan dan konseling.

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud landasan psikologis?
2.      Apa saja kajian  psikologis dalam bimbingan dan konseling?

1.3  TUJUAN
1.      Memahami pengertian landasan psikologis
2.      Memahami kajian psikologis dalam bimbingan dan konseling





















BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pengertian landasan psikologis

Psikologi merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis dalam bimbingan dan konseling memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menjadi sasaran layanan. Hal ini diperlukan karena ruang lingkup bimbingan dan konseling adalah ruang lingkup klien, yang perlu diubah atau dikembangkan.
Tingkah laku individu tidak terjadi dalam keadaan kosong, melainkan mengandung latar belakang, latar depan, sangkut paut dan isi tertentu. Tingkah laku berlangsung dalam lingkungan tertentu yang didalamnya terdapat unsur waktu, tempat, dan berbagai kondisi lain. Tingkah laku merupakan perwujudan hasil interaksi antara keadaan intern dan ekstern.

2.2  Kajian landasan psikologis

1.      Motif dan motivasi
Salah satu aspek psikis yang penting diketahui adalah motif,karena keberadaannya sangat berperan dalam tingkah laku individu.Pada dasarnya tidak ada tingkah laku yang tanpa motif,artinya setiap tingkah laku individu itu bermotif.
Sartain mengartikan motif sebagai suatu keadaan yang komplek dalam organisme individu yang mengarahkan perilakunya kepada satu tujuan atau insentif.
J. P. Chaplin mengemukakan, bahwa motif itu adalah satu kekuatan dalam diri individu yang melahirkan, memelihara dan mengarahkan perilaku kepada suatu tujuan.
Jadi motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang dalam bertingkah laku. Dorongan yang ada pada diri seseorang menggerakan orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung dalam dorongan itu.
Pengelompokan motif
1)      motif primer
Motif primer didasari oleh kebutuhan asli yang ada pada diri individu sejak ia lahir kedunia.
Motif primer meliputi :
a.       Dorongan fisiologis, motif ini besumber pada kebutuhan organis, seperti : Dorongan untuk makan, minum, bernafas,mengembangkan keturunan,beristirahat ,bergerak, dan sebagainya.
b.      Dorongan umum meliputi : Perasaan takut, kasih sayang,ingin tahu,menyerang,berusaha,dan mengejar
2)      Motif sekunder
Motif sekunder tidak di bawa sejak lahir , melainkan terbentuk bersamaan dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motif ini disebut juga motif yang diisaratkan secara social, karena manusia hidup dalam lingkungan social dengan sesama manusia sehingga motif ini disebut juga motif social.
Dalam perkembangannya motif ini dipengaruhi oleh tingkat peradaban, adat istiadat dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tempat individu itu berada. Kedalam golongan ini teramasuk, antar lain:
a. Dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan
b. Dorongan untk mengejar suatu kedudukan
c. Dorongan berprestasi
d. motif-motif objektif (eksplorasi,manipulasi dan menaruh minat)
e. Dorongan ingin diterima, dihargai, persetujuan, merasa aman
f. Dorongan untuk dikenal
Pengelompokan motif berdasarkan kaitan antara motif dan objrk tingkah laku ,dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Motif Instristik, yaitu motif yang tidak usah dirangsang dari luar, karena memang dalam diri individu sendiri telah ada dorongan itu.
b.      Motif Ekstrinstik, yaitu motif yang disebabkan oleh pengaruh rangsangan luar.
2.      Pembawaan dan lingkungan
Setiap individu dilahirkan ke dunia dengan membawa kondisi mental fisik tertentu. Apa yang dibawa sejak lahir itu sering disebut pembawaan. Dalam artinya yang luas pembawaan meliputi berbagai hal, seperti warna kulit, bentuk dan warna rambut, golongan darah, kecenderungan pertumbuhan fisik, minat, bakat khusus, kecerdasan ciri-ciri kepribadian tertentu. 
Kondisi yang menjadi pembawaan itu selanjutnya akan terus tumbuh dan berkembang. Namun pertumbuhan dan perkembangan itu tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Untuk dapat tumbuh dan berkembangnya, apa-apa yang dibawa sejak lahir itu, diperlukan prasarana dan sarana yang semuanya berada dalam lingkungan individu yang bersangkutan. Optimalisasi hasil pertumbuhan dan perkembangan isi pembawaan itu amat tergantung pada tersedia dan dinamika prasarana serta sarana yang ada di lingkungan itu.
(Sutton-smith, 1973) menegaskan bahwa faktor yang menentukan tinggi-rendahnya inteligensi seseorang seseorang adalah interaksi antara pembawaan dan lingkungan. Dalam kaitan itu pada umumnya tidak dapat diketahui kondisi pembawaan yang asli (yaitu pembawaan yang sama sekali belum dipengaruhi oleh lingkungan). Apa yang dapat diketahui ialah hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan. Demikian juga untuk pertumbuhan fisik, bakat, minat, dan ciri-ciri kepribadian.
3.      Perkembangan individu
Sejak masa konsepsi dalam rahim ibu bakal individu yang telah ditakdirkan ada itu berkembang menjadi janin, janin menjadi bayi, bayi lahir kedunia; terus berkembangan menjadi anak kecil, anak usia SD, remaja dewasa, akhirnya manusia usia lanjut. Dengan demikian jelas bahwa perkembangan individu itu tidak sekali jadi, malainkan bertahap berkesinambungan.
Masing-masing aspek perkembangan, seperti perkembangan kognitif/kecerdasan, bahasa, moral, hubungan sosial, fisik, kemampuan motorik memiliki tahap-tahap perkembangannya sendiri. Disamping itu hukum-hukum perkembangan berlaku bagi perkembangan segenap aspek itu secara menyeluruh, termasuk di dalamnya peranan faktor-faktor pembawaan dan lingkungan. Meskipun masing-masing aspek perkembangan cenderung memperlihatkan caranya sendiri, namun aspek-aspek itu saling terkait. Dalam satu tahap perkembangan tertentu berkembanglah berbagai aspek tersebut dan pada umumnya saling terkait.
Berbagai teori tentang perkembangan individu telah dikemukakan oleh para ahli :
McCandless menekankan pentingnya peranan dorongan biologis dan dorongan kultural dalam perkembangan individu.
Havighusts menampilkan istilah tugas perkembangan, setiap individu yang berkembang harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan itu apabila ia hendak dikatakan sebagai individu yang bahagia dan sukses. Menurut havighusts, definisi tugas perkembangan adalah “suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang, yang kesuksesan penyelesaiannya akan menyababkan orang tersebut ke  keadaan bahagia, dan kegagalan penyelesaiannya akan menyebabkan orang tersebut tidak bahagia, tidak diterima oleh masyarakat, dan mengalami kesulitan dalam menjalani tugas-tugas berikutnya”.
4.      Belajar, balikan, dan penguatan
Belajar merupakan salah satu konsep yang sangat mendasar dari psikologi. Topic tentang belajar menjadi materi dasar dan pokok dari pembahasan psikologis, bahkan menjadi inti dalam penjelasan tentang persepsi dan berpikir; kemampuan dan imajinasi, berargumentasi, dan menilai/mempertimbangkan; sikap, ciri- ciri kepribadian, dan sistem nilai; serta perkembangan dan organisasi kegiatan yang membentuk kepribadian individu.
Belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan apa yang sudah ada pada diri individu. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Pertama, terjadinya perubahan dan tercapainya sesuatu yang baru pada diri individu itu tidak berlangsung dengan sendirinya, melainkan harus diupayakan. Jika perubahan atau sesuatu yang baru terjadi pada individu tersebut tanpa disengaja atau diupayakan, maka perubahan atau sesuatu yang baru itu bukanlah hasil belajar, melainkan suatu yang berlangsung secara kebetulan atau hasil pertumbuhan/perkembangan yang berupa kematangan.
Kedua, proses belajar terjadi pada suatu kondisi tertentu. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan prasyarat, berupa hasil kematangan ataupun hasil belajar yang terdahulu. Misalnya, apabila seorang anak hendak belajar berhitung, terlebih dahulu ia harus memahami tentang konsep tentang angka sebagai prasyarat belajar berhitung itu.
Ketiga, hasil belajar yang diharapkan adalah sesuatu yang baru, baik dalam kawasan kognitif, afektif, konotatif, maupun psikomotoris/keterampilan. Hasil yang merupakan sesuatu yang baru akan memberikan nilai tambah bagi individu yang belajar.
Keempat, kegiatan belajar seringkali memerlukan sejumlah sarana, baik peralatan(berupa buku, alat-alat latihan, alat-alat peraga, peralatan elektronik, peralatan komunikasi, dan berbagai alat bantu belajar lainnya) maupun suasana hati dan hubungan sosio-emosional. Suasana hati dan hubungan sosio-emosional yang kondusif, sehingga tidak ada sesuatu yang menghambat, melainkan mendorong berlangsungnya perbuatan belajar, akan lebih memungkinkan lagi tercapainya hasil belajar yang diinginkan.
Kelima, hasil yang diperoleh dari kegiatan belajar hendaknya dapat diketahui atau diukur, baik oleh individu yang belajar maupun oleh orang lain. Pengetahuan tentang hasil belajar merupakan balikana bagi individu yang belajar, terutama tentang seberapa jauh kesuksesannya dalam upaya belajar itu. Adanya balikan seperti itu sangat diperlukan oleh individu yang belajar agar ia dapat mengadakan perhitungan tentang upaya belajar yang dilaksanakannya itu dan hasil-hasilnya serta upaya kelanjutannya.
Keenam, upaya belajar merupakan upaya yang berkesinambungan. Kegitan belajar tidak terbatas oleh waktu, tempat, keadaan, dan objek yang dipelajari, ataupun oleh usia. Upaya belajar dikehendaki berlangsung terus-menerus, sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan individu yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan penguatan (reinforcement). Apabila penguatan itu sering dilakukan, maka individu yang diberikan penguatan itu akan melanjutkan atau bahkan meningkatkan upaya belajarnya, sampai ia memiliki kebiasaan belajar yang baik.
Pemberian penguatan dilakukan memakai pernyataan berkenaan dengan hal-hal positif yang ada pada diri individu, khususnya berkenaan dengan kegiatan belajarnya itu; misalnya pernyataan tentang motivasi belajarnya cukup tinggi, hasil belajarnya bagus, caranya menjawab soal-soal cermat, bahasanya lancer, pekerjaannya rapi, dan sebagainya. Dengan pernyataan positif itu diharapkan mendorong tumbuhnya rasa puas, rasa diri mampu bekerja dan mampu menghasilkan sesuatu yang berguna, sehingga ia terdorong untuk mengulangi kegiatan tersebut. Apabila hal itu terjadi maka upaya pemberian penguatan menampakkan hasilnya.
Para konselor perlu mengenal dan memahami teori-teori belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli seperti, teori pembiasaan dan keterpaduan (conditioning dan connectionism theories), teori gestalt (gestalt theories), teori perkembangan kognisi (cognitive development theories), teori proses informasi (informating processing theories), proses peniruan (social learning theory). Hal tersebut dilakukan dalam upaya pengembangan kegiatan belajar klien.
5.      Kepribadian
Sering dikatakan bahwa ciri seseorang adalah kepribadiannya. Dalam psikologi, kepribadian masih sulit dicapai. Pengertian kepribadian menurut beberapa ahli psikologi, umumnya terpusat pada faktor fisik dan genetika, berpikir dan pengamatan, serta dinamika motivasi dan perasaan.
Menurut Wiggins, Renner, Clore, dan Rose (1976), mengupas tentang kepribadian dengan melihat hakikat tingkah laku dan perkembangannya secara menyeluruh.
Menurut Hothersall (1985), mencoba merumuskan kepribadian sebagai “predis posisi cara mereaksi yang secara relatif stabil pada diri individu”, sehingga dapat di pahami kepribadian individu sangat kompleks.   Konselor perlu memahami  kompleksitas kepribadian klien disamping mampu memilah-milah ciri-ciri yang dapat diukur. Tugas konselor mengoptimalkan perkembangan dan pendayagunaan predisposisi ataupun ciri kepribadian individu kearah hal-hal positif sesuai tingkat perkembangan dan kebutuhan individu yang bersangkutan.



























BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan ( klien ).
Kajian dalam landasan psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah motif dan motivasi, pembawaan dan lingkungan, perkembangan individu, belajar, balikan, dan penguatan serta kepribadian.  

3.2 DAFTAR PUSTAKA

viddya kurnia. 29th November 2012. Landasan Psokologi dalam BK.


nurulharyati . 2 Juli 2015. Makalah DASAR DASAR BK I LANDASAN PSIKOLOGIS. https://nurulharyati.wordpress.com/2015/07/02/makalah-dasar-dasar-bk-i-landasan-psikologis/

Komentar